Friday, January 09, 2009

Kalo inget waktu kecil...

Kemaren malem (18 september 2008) sebelum tidur secara tiba-tiba entah kenapa pikiranku melayang ke masa lalu, di mulai dari aku masuk kuliah, kemudian mundur ke masa SMA, ke masa SMP, SD, dan mungkin sampai ke TK (aku tidak tau umur berapa aku waktu itu, tapi aku rasa itu belum SD)

Bayangan-bayangan masa lalu itu jadi mengusik aku untuk menulis disini, aku jadi ngin bercerita tentang masa kecilku yang mungkin "berkesan" buatku, atau tidak sengaja teringat?haha... entahlah yang jelas semuanya itu secara tiba-tiba, mungkin aku akan mulai dari aku yang paling kecil dulu...

Kata papi dulu waktu kecil aku lucu, banyak yang suka. Mungkin karena aku gendut, jadi banyak yang suka karena lucu haha... Setiap kali sedang kumpul-kumpul dengan keluarga dari papi (dan mungkin juga dari keluarga mami) aku pasti disuru joget sambil nyanyi, dan lagu yang paling aku suka nyanyiin adalah lagu "abang tukang bakso", katanya kalu aku joget badannya lemes walaupun badannya gendut juga. Setiap orang pasti tertawa kalau melihat aku mulai bergoyang hehe...

Mungkin memang benar apa kata papi kalo aku memang suka joget, ini hal yang paling sangat aku ingat, waktu itu sore-sore aku main di belakang rumah nenek, sambil di suapin sama mbak. Sambil mengunyah makanan aku joget sambil mundur, bergoyang sambil tertawa, mungkin karena saking senangnya, aku sampai lupa kalu di belakangku ada lubang got, dan bisa ditebak donk apa yang terjadi?aku kecebur got!haha... dan yang pasti kemudian aku nangis hue2...

Walaupun aku terlihat lucu, tapi tidak lucu lagi lho kalau sedang marah, entash kenapa waktu itu aku marah-marah sama mbak, entah bagaimana caranya aku ambil uang mbak sebesar RP. 100,- lalu aku robek sambil nangis-nangis. Sekarang kalau inget kejadian itu rasanya aku mau ganti uang si mbakdengan Rp. 100.000,-. Karena aku merasa bersalah banget telah merobek uang si mbak. Tapi sayang sekarang udah berenti kerja dia.udah lama sih.

Sebenernya aku tidak tau apa aku salah kalau aku berpikir seperti ini, aku merasa sangat banyakhal-hal yang tidak aku mau tapi harus aku terima itu, mau tidak mau. Kalau sekarang aku sudah bisa menerti kalau itu semua adalah rencana Tuhan yang pasti akan menjadi indah pada waktunya, tapi waktu masih kecil sangat terasa berat karena aku belum mengerti itu (walaupun bukan berarti sekarng tidak berat).

Waktu SD sekolahku dekat dengan rumah nenek(aku pergi pagi dari rumah ke sekolah, siang sampai sore di rumah nenek, setelah kakek pulang aku baru pulang, rumahku dulu jauh dari sekolah, oya aku kalau pulang selalu dianter sama kakek, kadang cuma dengan sopirnya, tentunya ditemani dengan mbak) jaraksekolahnya mungkin hanya sektiar 200m, harus menyeberangi kali melalui jembatan kemudian menyeberang jalan daan sampai deh ke sekolah. Nama sekolahnya Budi Pekerti, masih ada sampai sekarang.

Aku tidak tau umur berapa aku waktu itu, yang jelas sudah sekolah, setiap pagi dianter, kadang sama mbak, kadang sama nenek, atau sama siapa lagi ya? (lupa-lupa inget). Di jembatan untuk menyeberangi kali itu suka banyak orang, entah pengangguran atau warga yang lagi nyantai, tiba-tiba ketika aku lewat ada yang ngomong "jereng... jereng...". Aku tau yang diomong seperti itu adalah aku, entah harus sampai berapa kali aku harus mendengar kata-kata seperti itu setiap pergi ke sekolah (yang pasti lebh dai 1x). Lalu si mbak (kalau tidak salah), dia bilang "jangan didengerin."

Untuk sekedar tau aja sih, bagaimana kondisi aku waktu itu, telinga sebelah kiri hampir menempel ke pundak sebelah kiri. Dengan kacamata tebal dan besaar. Ya, seperti itulah aku. Berjalan, berlari ataupun membaca dengan posisi kepala miring. Melihat tulisan di papan tulis ga keliatan meskipun udah duduk di kursi paling depan, aku besyukur sekolah dan guru-guru masih mau menerima aku walaupun dengan kondisi seperti itu, begitu pun juga temen-temen (mungkin juga karena masih kecil?)

Aku sekolah di Budi Pekerti hanya sampai kelas 1 SD, kelas 2 nya aku pindah karena aku juga pindah rumah, jadi terpaksa pindah agar bisa sekolah di sekolah yang dekat rumah. Aku juga bersyukur sekali karena disekolah yang baru itu aku juga diterima dengan baik, oleh teman-teman dan guru-guru. Tapi ada 2 kejadian yang ga akan pernah aku lupa...

Waktu itu aku kelas 4 SD, sedang pelajaran Bahasa Indonesia. Seperti biasa kalau mau mencatat tulisan di papan tulis aku harus maju ke depan untuk membaca dan kemudian kembali duduk di bangku untuk mencatat apa yang sduah aku baca tadi, ketika aku maju ke dean untuk membaca tulisan di papan tulis tiba-tiba dari bangku paling belakang ada yang berteriak, "buta, minggir". Aku lupa bagaimana reaksi aku waktu dibilang seperti itu, cuma yang pasti aku ingat, aku tidak menangis (kata papi pulangnya aku cerita sambil nangis, tapi mami bilang aku ga nangis. Ga tau yang mana yang bener). Dan kemudian guru Bahasa Indonesianya pun mengur aku, mungkin karena dia guru baru, jadi dia tidak tau aku bagaimana.

Sampai sekarang pun aku masih ingat nama guru itu dan nama temanku yang bilang "buta, minggir". Sepertinya memang ga bisa dilupakan kejadian itu. Detail-detailnya masih terbayang sih, walaupun jam, hari, tanggal tahunnya aku ga tau hehe...

Kejadian yang ke-2 ini aku sudah duduk di kelas 6 SD. Waktu itu aku tergabung dengan kelas 6A (ada kelas 6A dan 6B). Di kelas 6 ini aku mengalami perubahan yang cukup berarti, dimulai dari kepala yang sudah bisa tegak seperti orang lain (berkat seorang dokter yang mengganti model kacamataku dengan frame yang lebih kecil, kepalaku tidak miring lagi), kemudian disusul dengan tidak pelunya lagi aku maju ke depan untuk melihat tulisan di papan tulis, bukan karena aku sudah ada alat pembantu untuk melihat ke papan tulis, yaitu teleskop/teropong (tapi teropongnya hanya untuk 1 mata, karena aku hanya melihat dengan 1mata, yang kanan, bukan berarti yang kiri tidak melihat, tapi yang kanan lebih baik).

Di kelas aku duduk 1 bangku dengan seorang temen cowok, mungkin karena iseng atau suka dengan alat aku itu, dia sering sekali meminjam teleskopku untuk sekedar iseng-iseng melihat, ya aku biarkan saja, toh dia juga tidak merusak, hanya memakainya.

Satu saat ketika temanku itu sedang memakai atau mungkin lebih tepatnya memainkan teleskopku wali kelas melarangnya (aku lupa apa sebenearnya guru yang lain juga melarang?) kemudian sang guru menegurku, dia berkata, "teropong ini kan ada minusnya, apa kamu mau temen kamu matanya jadi rusak?" (kira-kira dia berkata seperti itu). Waktu itu aku hanya diam saja. Sebenarnya teleskop itu tidak ada minusnya. Jujur waktu itu sangat marah kepada guru itu, kenapa dia berbicara seperti itu kepadaku?mau nangis aku rasanya, dan seingat aku memang aku meneteskan air mata sed9kit (ga tau kenapa aku mudah sekali menangis, apalagi kalau lagi marah, pasti nangis, walaupun ga mau seperti itu).

Sama seperti waktu kelas 4, nama guru dan ama temankuitu sampai sekarang aku masih mengingatnya, tetapi aku tidak terlalu mengingat secara detail kejadian waktu itu, pelajaran apa waktu saja aku sudah lupa. Yang aku ingat guru itu mengajar Bahasa Indonesia dan Matematika (orang yang beda tentunya dengan yang waktu di kelas 4).

Wah ga terasa udah panjang banget tulisan aku yang ini, sebenarnya masih banyak sekali kejadian-kejadian waktu aku kecil yang masih aku ingat, dari aku berantem, merengek minta dibelikan mainan kuda-kudaan, jatoh dari tangga di lapangan banteg karena ga keliatan ada tangga, sampai mimisan, tapi aku rasa inilah yang paling "berkesan" diantara yang lain.

Semua itu adalah masa laluku, masa kecilku waktu aku sebelum SMP, masih ada cerita lagi waktu aku SMP, nanti kalau ada waktu aku akan lanjutin lagi cerita ini, dan memang aku sangat mau cerita tentang itu semua sampai kepada aku yang sekarang ini...

19 september 2008

No comments: