
Ya, namanya Gerry. Dia mungkin orang pertama yang menolak memanggilku dengan hanya sebutan nama. Alasannya adalah karena aku lebih tua darinya. Jadi dia memanggilku dengan kata ‘mas’ di depan namaku, hmmm… sedikit aneh memang, tapi aku menikmatinya :) entah aku harus sedih atau malah senang melihat Gerry meninggal. Sedih karena cita-cita Gerry pasti banyak yang belum kesampaian, senang karena Gerry sekarang sudah sehat dan bahagia di tempat yang baru. Itu pasti, iya kan Ger?
Mendengar kabar meninggalnya Gerry, sempat terbersit sedikit rasa takut. Jujur, harus aku akui bahwa aku masih sangat pengecut dalam menghadapi kematian. entah perasaan ini wajar atau tidak (aku rasa wajar). Menyadari ketakutanku itu, suatu kalimat keluar dari dalam diriku (mungkin ini yang namanya suara hati?) “Tapi kematian adalah sebuah takdir, sama seperti kelahiran, aku tidak memilih untuk dilahirkan, tapi Tuhan yang memilih aku.” “Begitu juga dengan kematian, aku tidak mau memilih kematian, tapi Tuhan yang memilih aku.” terkesan sok bijak, entahlah...
Sambil menulis ini pikiranku melayang, membayangkan sekaligus bertanya, “apa yang sedang dlakukan Gerry?” aku tidak tahu, tapi pastinya sudah bahagia, sudah sehat. Tidak ada lagi yang namanya operasi, kemoterapi dan lain-lain. Hahaha… beruntung kamu Gerry! Aku dan teman-teman di sini masih berjuang untuk menuju ke tempat kamu. Kamu tunggu di sana yah, jangan pergi-pergi lagi… cepat atau lambat aku akan datang ke sana, tunggu aku!
Bagiku hidup bukan berjuang untuk kehidupan, tapi berjuang untuk mencapai kematian yang sekaligus adalah kehidupan kekal :)
No comments:
Post a Comment